Selasa, 02 Maret 2010

Refleksi 64 Tahun Kemerdekaan Indonesia”KU”


Ada satu pertanyaan yang menarik, ketika penulis mengenang masa-masa di bangku Sekolah menengah pertama/SMP dulu. sekitar dua (2) tahun yang lalu, di suatu hari pada saat dimulainya kegiatan belajar mengajar/KBM, dimana lonceng sekolah dibunyikan tanda dimulainya pelajaran pertama segera dimulai. Guru mata pelajaran PPKN (pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) masuk ke kelas, ia mengawali KBM dengan satu pertanyaan, “…… Anak-anak, senjata apa yang sangat ampuh yang di pergunakan para pemuda Indonesia/pejuang kemerdekaan, saat melawan penjajah dimasa itu?, Suasana kelaspun semakin seruh & ramai dengan bermunculnya berbagai jawaban dari para siswa. Ada yang mengatakan, bambo runcing, senjata AK17, kemudian ada juga yang mengatakan, senapan laras panjang bu..”. Demikian berbagai jawaban yang dilontarkan para siswa kepada sang guru. “….semua jawaban anak-anak salah”, kata bu guru. suasana kelaspun kembali ramai, para murid memprotes, “…..kok bisa bu jawaban kami semua salah”?. Beberapa menit kemudian dengan suara yang lembut dan mengharukan, guru itu mengatakan, Senjata yang sangat ampuh adalah semangat PERSATUAN & KESATUAN.

Ketika zaman dulu para pemuda Indonesia dari berbagai daerah, sebut saja Sumatera, Jawa, Makasar, Maluku dll. Bersatu tanpa membeda-bedakan suku, Agama, ras, dan golongan. mereka bersama-sama berjuang melawan penjajah, satu suara, satu komando dan satu tujuan, untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Kalau sekarang sebagai bangsa yang telah merdeka apa yang kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan?, apa yang kita lakukan untuk memerdekakan bangsa ini, bukan dari penjajahan, tetapi bagaimana mengantarnya menuju kesejahteraan dan kejayaan?, seperti yang telah diamanatkan oleh para pendahulu kita.

Cerita di bangku SMP diatas, membuat kita kembali merenungkan dan melihat ke belakang, jikalau dengan perlengkapan perang yang serba lengkap tanpa di sertai semangat persatuan & kesatuan, tujuan, dan cita-cita yang sama yang tertanam dalam diri masing-masing prajurit, dalam berperang belum tentu berhasil, dan kemungkinan untuk menang dalam medan pertempuran sangat kecil. Apalagi dengan pemuda Indonesia yang saat itu, dengan perlengkapan perang yang kurang memadai, Persenjataan yang seadanya, apakah bisa meraih sebuah kemerdekaan?, jikalau tidak disertai dengan Visi, Tujuan dan cita-cita yang sama?, apakah kita bisa keluar dari cengkeraman penjajahan bangsa kolonial? Apakah kita bisa makan & minum, menikmati pendidikan seperti sekarang?. Namun, justru dengan bambu runcing, senapan yang seadanya disertai semangat persatuan & kesatuan, patriotisme yang tertanam dalam hati sanubari pejuang kemerdekaan, dengan suatu cita-cita bahwa kita harus satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air maka sampailah kita pada sebuah KEMERDEKAAN INDONESIA.

Akan tetapi, pertanyaan yang muncul kemudian ialah, masihkah semangat para pejuang kemerdekaan itu, terus ada dalam diri generasi muda sekarang, untuk meneruskan perjuangan membangun bangsa ini?. Dalam pidato kemenangan calon presiden & wakil presiden terpilih, Susilo bambang yudoyono-Budiono di kemayoran minggu yang lalu, calon presiden terpilih mengatakan, “..... Empat (4) pilar penting dalam pembangunan bangsa ialah, Negara Kesatuan Republik Indonesia/NKRI sebagai harga mati yang tidak bisa tawar lagi, Pancasila, UUD 1945 & Bhineka Tunggal Ika”. Tak mungkin kita dapat terlibat dalam pembangunan bangsa, dapat bersatu melawan terorisme, melestarikan budaya Indonesia yang sudah beberapa kali di klaim milik bangsa lain, menghargai pluralisme, & menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama, kalau keempat hal diatas, tidak kita junjung tingi, menghayati, pelihara, dan mengamalkan dalam kerangka membangun bangsa ini.

Memperingati HUT kemerdekaan RI yang ke-64 tahun, bukan sekedar kita jadikan sebagai Ceremonial belaka dengan upacara bendera, menghiasi rumah dengan warna merah putih, melakukan serangkaian kegiatan yang menghibur. Sebut saja, gerak jalan, karnaval, panjat pinang untuk merebut berbagai hadiah pada saat tanggal 17 agustus. Tidaklah salah dalam melakukan kegiatan-kegiatan seperti itu. Tetapi, alangkah lebih baik jika jadikanlah momentum itu dimana kita bisa refleksi dan mengambil komitmen bahwa mencapai usia yang semakin dewasa ini, apa yang telah aku lakukan, dan apa yang akan aku lakukan kedepan bagi bangsa & tanah air Indonesia. Ingatlah bahwa perjuangan untuk merebut sebuah kemerdekaan bukan membalik sebuah telapak tangan. Melainkan, dengan jiwa, raga, darah dan air mata. Oleh sebab itu, sekarang wahai Generasi Muda, bangkitlah. teruskan perjuangan membangun bangsa dengan semangat persatuan dan kesatuan, Indonesia ke depan ada di tanganmu. Dirgahayu Indonesiaku, Jayalah Bangsaku. Merdeka!!

Oleh: Cartes A Rangotwat, Aktivis Mahasiswa UNMER Malang

* Tulisan ini sudah dimuat di Buletin Kelompok Diskusi Artikel (KDA) Kristen Indonesia, edisi ke-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar